Powered By Blogger

Senin, 08 November 2010

menjaga yang seharusnya dijaga

taukah harga yang paling berharga dalam hidup itu apa? jawabannya, hidup itu sendiri.

kenapa? karena kalau hidup saja tidak dihargai, bagaimana bisa seseorang itu menghargai hal lain. bukan uang, bukan pula alat tukar bernilai lainnya. tapi penghargaan terhadap hidup itu adalah penghormatan terhadap diri sendiri. bukan maksud saya untuk menjadikan diri saya egois, tapi justru saya berharap saya dapat memotivasi diri saya sendiri untuk mempergunakan waktu yang saya miliki sekarang dengan sebaik-baiknya. karena kaitan "hidup" adalah "waktu", jadi secara alamiah kita menghargai waktu pula.

hidup memang tak pernah menuntut apa-apa.

Rabu, 20 Oktober 2010

dia bilang...

dia bilang aku cantik. apa dia tak melihat lemak-lemak yang bertengger di perut, lengan, paha dan pinggangku?
dia bilang aku cantik. apa dia tak melihat rambutku yang tidak berbeda dengan jerami?
dia bilang aku cantik. apa dia tak melihat kulitku yang menghitam dari hari ke hari?
dia bilang aku cantik. apa dia tak melihat wajahku yang dipenuhi jerawat?
tapi dia selalu bilang aku cantik...

malam sudah berganti dengan pagi yang sejuk, hujan mengguyur kota Pontianak. masih terngiang bagaimana hebatnya selisih paham antara kami. tapi beruntungnya aku, setelah bangun aku baru sadar perselisihan itu telah usai sebelum aku tidur. masih terngiang pula bagaimana ia menenangkan aku ketika kata-kata kotor meluncur begitu saja dari mulutku, tapi dia tetap bilang aku cantik...

masih terngiang di telingaku kata-katanya... "kenapa selalu menghujat diri sendiri? kamu ga jelek, kamu mesti tau itu" dan aku masih saja menyebutkan kekuranganku. lalu dia berkata lagi, "jangan pernah mengatakan diri sendiri jelek, di mataku kamu cantik. jangan menganggap diri kamu buruk rupa, karena kamu ga seperti itu. jangan pernah mengutuk pemberian Tuhan yang sudah sempurna itu. jangan pernah bilang lagi kamu itu si itik buruk rupa, karena kamu adalah angsa yang anggun"

aku tak pernah habis pikir, kenapa dia selalu berkata seperti itu. selalu berkata bahwa aku cantik. kalau sedikit menilik ke belakang, memang belum ada yang mengatakan aku cantik kecuali dia. aku tak habis pikir, kenapa dia menjatuhkan pilihannya kepadaku di banding wanita lain yang jauh lebih sempurna. dan aku masih tak habis-habisnya berpikir kenapa dia bilang aku cantik...

baiklah, jika aku memang bukan si itik buruk rupa, tapi apakah aku seindah angsa yang anggun? aku tak sebaik itu. tapi dia terus saja meyakinkan aku, bahwa aku ini cantik. pernah aku berpikir, mungkin ada yang salah dengan matanya. kenapa dia tetap meyakinkan aku bahwa aku ini cantik?

lambat laun aku merenung kembali, mungkin dia telah terhipnotis akan sesuatu, yang membuatnya tak bisa melepaskan dirinya dari pengaruh hipnotis tersebut. dia pasti telah tersihir jiwanya, hatinya telah terkunci untuk satu hal. hipnotis yang telah menjeratnya masuk lebih dalam. hipnotis yang akan menghabiskan sisa hidupnya. hipnotis itu adalah cinta.

dia bilang cinta kepadaku.. walau kekuranganku begitu mencolok.
dia bilang cinta kepadaku..
dia bilang cinta kepadaku..
dia selalu bilang cinta kepadaku..
selalu bilang cinta..

terima kasih Ryan Hendrik, telah memberikan kesempatan kepadaku untuk menjadi cantik di matamu. untuk dicintai oleh pria sepertimu, membuatku berjanji untuk menjadi yang terakhir di hidupmu.

Senin, 18 Oktober 2010

jadi murid dulu

mesti menjadi murid dulu,baru jadi guru kemudian.

itulah kalimat yang tepat untuk menggambarkan keadaanku sekarang. oke,sekarang aku memang masih praktek di salah satu madrasah tsanawiyah(setingkat SMP) di Pontianak. tapi beban morilpun tak luput menjadi  tanggung jawabku.

aku tak pernah berkhayal sebelumnya bakalan dipusingkan dengan tingkah polah murid-murid yang mencari perhatian dengan beragam kelakuannya. sekarang aku menganggap ini sebagai balasan untukku atas kelakuanku dulu sewaktu sekolah.. hahaha..

sudah cukup impaskah? kurasa belum. masih ada waktu hingga desember nanti. masih cukup banyak waktu untuk kuhabiskan dengan murid2 tempat praktekku ini. masih banyak waktu untuk mereka membuatku pusing setengah mati. dan masih banyak kesempatan lainnya bahkan setelah aku selesai praktek nanti.

mesti menjadi murid dulu baru jadi guru kemudian

bukan hanya belajar mengenai materi yang akan kusampaikan di depan kelas. aku belajar, dan terus belajar untuk dapat membuat murid2 ini mengerti tentang apa yang kujelaskan. jadi untuk menjadi guru aku telah belajar dua hal.

sudah cukupkah dengan apa yang kupelajari? kurasa belum. aku masih harus mempelajari banyak hal. misalnya saja mengenai alasan 'kenapa murid itu nakal?" tidak lain dan tidak bukan adalah untuk mendapatkan perhatian guru ataupun teman-teman sekelasnya. untuk itu, aku belajar memahami tabiat mereka yang terkadang membuat darahku serasa di atas perapian.

mesti menjadi murid dulu baru jadi guru kemudian

awalnya aku pikir akan mudah menjadi guru daripada harus menjadi murid. tapi kenyataan yang sekarang aku alami berbanding terbalik dari perkiraan awalku. sungguh ironis memang. tapi itulah mengapa posisi guru disamakan dengan posisi orangtua dirumah. tanggung jawab yang sama beratnya mendampingi anak bertumbuh-kembang, mendampingi perkembangan psikologis, mental bahkan akademis anak.

sudah cukupkah tanggung jawab yang kutanggung? kurasa belum ada apa-apanya dibandingkan para seniorku (ayah.. ibu.. guru-guruku..). masih banyak lagi tanggung jawab yang akan menjadi pemberat punggungku kelak.

mesti menjadi murid dulu baru jadi guru kemudian

sebelum aku mulai membusung dada menjadi seorang guru, aku hanyalah seorang murid yang menyebalkan.
menghampiri guru-guruku dengan seringai pongah telah membohongi mereka, bahwa aku mengerjakan pekerjaan rumah alias PR bukan di rumah, tapi di sekolah plus mengintip buku-buku temanku.

sebelum aku mulai melenggok dibarisan berseragam, aku hanyalah salah satu laskar berseragam dengan buku kucel di tanganku. kucel bukan karena sering kubaca, melainkan untuk menghilangkan rasa gerah ketika guru sedang menjelaskan pelajaran atau alas dudukkuy di tempat berdebu atau lembab.

betapa durhakanya aku pada orangtua dan guru-guruku. sekarang baru permulaan dari pembalasan atas segala kelakuanku sewaktu masih sekolah. entah bagaimana nanti...

mesti menjadi murid dulu baru jadi guru kemudian

aku masih harus belajar untuk bisa menjadi guru, minimal untuk keturunanku kelak..
aku masih harus belajar untuk bisa menjadi benar, minimal dalam menentukan arah hidup.
aku masih harus belajar untuk bisa menghormati, siapapun yg ada dalam hidupku.
aku masih harus belajar dan mempelajari apa yang dituntut oleh kehidupan.
aku masih harus belajar kepada para panutan untuk kemudahan di masa depan.

mesti menjadi murid dulu baru jadi guru kemudian

terlempar ke dalam rasa malas

kapan aku bisa memulai? kapan aku mengakhiri?

aku sering bertanya seperti itu. kadang aku jenuh.. jenuh menjadi mahasiswa semester akhir.. malas memulai pengerjaan skripsi yang................aaaaaaaaaaaaaaarrrrggghhh..

orang lain sudah, aku belum..
orang lain sudah, aku masih belum..
orang lain sudah, aku masih belum memulainya..

ayah,ibu.. maafkan aku telah melempar diriku sendiri ke dalam rasa malas. membuat kalian menunggu aku benar-benar siap melepas status 'mahasiswa'ku.bahkan ayah dan ibu tak henti-hentinya bertoleransi kepadaku, tidak memberikan tenggat waktu untukku..